UNESCO selaku badan PBB yang mengurus masalah
pendidikan dan kebudayaan mencetuskan 4 pilar pendidikan, yaitu learning to
know, learning to do, learning to be, dan learning to live togather.
Learning to know (Belajar mengetahui)
Dalam pilar ini,
belajar dimaknai sebagai upaya hanya sebatas untuk mengetahui. Belajar ini
termasuk dalam kategori belajar pada tingkat yang rendah, yakni belajar yang
lebih menekankan pada ranah kognitif. Learning to know mengandung pengertian
bahwa belajar itu pada dasarnya tidak hanya berorientasi kepada produk atau
hasil belajar, akan tetapi juga harus berorientasi kepada proses belajar.
Dengan proses belajar, siswa bukan hanya sadar akan apa yang harus dipelajari,
akan tetapi juga memiliki kesadaran dan kemampuan bagaimana cara mempelajari
yang harus dipelajari.
Learning to know memiliki pengertian
bahwa ketika kita belajar kita akan menjadi tahu. Selain itu juga menyiratkan
makna bahwa pendidik harus mampu berperan sebagai informator, organisator,
motivator, director, inisiator, transmitter, fasilitator, mediator, dan
evaluator bagi siswanya, sehingga peserta didik perlu dimotivasi agar timbul
kebutuhan terhadap informasi, keterampilan hidup, dan sikap tertentu yang ingin
dikuasainya.
Learning to know dilakukan dengan
cara memadukan penguasaan terhadap suatu pengetahuan umum yang cukup luas
dengan kesempatan untuk bekerja secara mendalam pada sejumlah kecil mata
pelajaran. Dan learning to know ini mengandung prinsip berikut: 1) diarahkan
untuk mampu mengembangkan ilmu dan terobosan teknologi dan merespon sumber
informasi baru; 2) Memanfaatkan berbagai sumber pembelajaran; 3) network
society; dan 4) learning to learn dan life long education.
Learning to do (Belajar berkarya)
Learning to do maksudnya setelah
kita mengetahui hal-hal yang baru dari pembelajaran yang kita lakukan, kita
bisa melakukan sesuatu karya atau bentuk pekerjaan nyata dari ilmu yang telah
diserap. Learning to do mengupayakan pemberdayaan peserta didik agar mau dan mampu berbuat untuk memperkaya
pengalaman belajarnya sehingga mampu menyesuaikan diri dan berpartisipasi dalam
masyarakat. Pembelajaran ini menyiratkan bahwa siswa dilatih untuk sadar dan mampu
melakukan suatu perbuatan atau tindakan produktif dalam ranah kognitif,
afektif, dan psikomotor. Peserta didik diajarkan untuk melakukan sesuatu dalam
situasi konkrit yang tidak hanya terbatas pada penguasaan ketrampilan yang
mekanitis melainkan juga terampil dalam berkomunikasi, bekerjasama dengan orang
lain, mengelola dan mengatasi suatu konflik. Melalui pilar kedua ini,
dimungkinkan mampu mencetak generasi muda yang cerdas dalam bekerja dan
mempunyai kemampuan untuk berinovasi. Terkait dengan hal tersebut maka proses
belajar-mengajar perlu didesain secara aplikatif agar keterlibatan peserta
didik, baik fisik, mental dan emosionalnya dapat terakomodasi sehingga mencapai
tujuan yang diharapkan.
Contoh : Ketika kita
bisa mengetahui bahwa pekerjaan yang berhubungan dengan administrasi akan lebih
menghabiskan banyak kertas dan pencarian datanya lama, maka kita bisa berkarya
untuk menciptakan sistem informasi untuk mengelola data-data administrasi
tersebut.
Learning to be (Belajar menjadi diri sendiri dan mengembangkan diri)
Learning to be mengandung pengertian bahwa belajar adalah membentuk manusia
yang menjadi dirinya sendiri. Dengan kata lain, belajar untuk
mengaktualisasikan dirinya sendiri sebagai individu dengan kepribadian yang
memiliki tanggung jawab sebagai manusia. Belajar dalam konteks ini bertujuan untuk
meningkatkan dan mengembangkan potensi peserta didik, sesuai dengan minat dan
bakatnya atau tipe-tipe kecerdasannya (types of intelligence). Konsep learning
to be, perlu dihayati oleh praktisi pendidikan untuk melatih siswa agar
mampu memiliki rasa percaya diri (self confidence) yang tinggi.
Kepercayaan merupakan modal utama bagi siswa untuk hidup dalam masyarakat.
Dalam hubungan ini, pendidikan harus berhubungan dengan setiap aspek dari
potensi pribadi yang berupa: mengingat, menalar, rasa estetis, kemampuan-kemampuan
fisik, dan keterampilan-keterampilan berkomunikasi. Aspek-aspek learning to
know dan learning to do mendukung usaha siswa meningkatkan
kecerdasan dan mengembangkan keterampilan intelektual dirinya secara
berkelanjutan.
Learning to live together (Belajar hidup bersama)
Pilar keempat ini memaknai belajar sebagai
upaya agar peserta didik dapat hidup bersama dengan sesamanya secara damai
untuk dapat bekerja sama. Dikaitkan dengan tipe-tipe kecerdasan, maka pilar
keempat ini berupaya untuk menjadikan peserta didik memiliki kecerdasan sosial
(social intelligence). Learning
to live together maksudnya dengan kita mengetahui dan kita dapat melakukan
sesuatu dari apa yang kita pelajari, selanjutnya kita dapat melakukannya untuk
diri kita sendiri dan juga untuk orang lain yang ada di sekitar kita.
Pembelajaran ini bertalian erat dengan pemberantasan sikap egoisme yang
mengarah pada chauvinisme pada peserta didik sehingga melunturkan rasa
kebersamaan dan harga-menghargai. Memahami, menghormati dan bekerja dengan
orang lain, mengakui ketergantungan, hak dan tanggungjawab timbal balik yang
melibatkan partisipasi aktif warga, tujuan bersama menuju kerekatan sosial,
perdamaian dan semangat kerjasama demi kebaikan bersama. Sebab, dewasa ini
sudah mulai banyak tertanam sikap-sikap egoisme pada diri tiap
individu-individu.
Salah
satu fungsi sekolah adalah tempat bersosialisasi, artinya mempersiapkan siswa
untuk dapat hidup bermasyarakat. Situasi bermasyarakat hendaknya dikondisikan
di lingkungan sekolah. Kebiasaan hidup bersama, saling menghargai, terbuka,
memberi dan menerima, perlu ditumbuhkembangkan. Kondisi seperti inilah yang
memungkinkan terjadinya “learning to live together”. Learning to live together yaitu proses
pembelajaran yang memungkinkan peserta didik menghayati hubungan antar manusia
secara intensif dan terus menerus untuk menghindarkan pertentangan ras/etnis,
agama, suku, keyakinan politik, dan kepentingan ekonomi. Peningkatan pendidikan
nilai kemanusiaan, moral, dan agama yang melandasi hubungan antar manusia.
3 comments:
Trm ksh kk sudah share pengetahuan baru ini, semoga kami bisa pelajari dri 4 pilar ini.
Assalamualaikum
Semoga Allah memudahkan kita dalam mengamalkan 4 pilar ini
Trimakasih
Did you hear there's a 12 word phrase you can say to your crush... that will trigger deep feelings of love and instinctual appeal for you buried inside his heart?
That's because hidden in these 12 words is a "secret signal" that triggers a man's instinct to love, idolize and care for you with his entire heart...
===> 12 Words Who Trigger A Man's Desire Instinct
This instinct is so hardwired into a man's mind that it will make him work better than before to take care of you.
As a matter of fact, fueling this dominant instinct is absolutely mandatory to getting the best possible relationship with your man that once you send your man one of these "Secret Signals"...
...You'll immediately notice him open his heart and mind for you in a way he's never experienced before and he will distinguish you as the one and only woman in the universe who has ever truly interested him.
Posting Komentar