Selasa, Oktober 14

Peran dan Fungsi Akademi Komunitas (AK)

Pengangguran merupakan salah satu masalah yang menjadi konsen pemerintah saat ini. Badan Perencanaan Pembagunan Nasional (Bappenas) menyatakan bahwa jumlah pengangguran muda di Indonesia adalah no. 1 terbesar di Asia Pasifik yang selanjutnya diikuti Sri Lanka di urutan ke-2 dan Filipina di urutan ke-3. Melihat fenomena ini, berdasarkan amanat UU No. 12 Tahun 2012, akademi komunitas mengambil peran yang sangat besar. Sebagai suatu jenis pendidikan vokasi setingkat diploma satu dan/atau diploma dua yang berbasis keunggulan lokal atau untuk memenuhi kebutuhan khusus, sumbangsih pendidikan kejuruan dalam mendorong tumbuhnya Usaha Kecil dan Menengah (UKM) dan memperluas akses pendidikan tinggi sangat diandalkan.

Akademi komunitas (AK) sendiri merupakan bentuk pengembangan dari program yang telah ada sebelumnya yaitu community collage (CC) yang pada tahun 2000-2010 terdapat di 105 SMK, Universitas dan Poltek. CC kemudian mengalami transformasi program menjadi Pendidikan Vokasi Berkelanjutan (PVB) pada tahun 2010-2012 yang berada di 42 Perguruan Tinggi dengan 300 sub kampus (SMK dan Industri) berpola PJJ. Di tahun 2012, barulah nama AK dimunculkan dengan model penyelenggaraannya yang dilaksanakan di daerah (kabupaten/kota) dengan maksud agar biaya pendidikan tinggi dapat ditekan karena peserta didik tidak harus pergi terlalu jauh.

Posisi AK menjadi sangat strategis karena berdasarkan amanat UU No. 12 Tahun 2012, AK merupakan pendidikan vokasi yang diperuntukkan bagi lulusan pendidikan menengah atau sederajat untuk mengembangkan keterampilan dan penalaran dalam penerapan Ilmu Pengetahuan dan/atau Teknologi. AK merupakan bagian proses peningkatan pertmubuhan ekonomi bangsa melalui peningkatan tenaga terampil yang mampu menggerakkan roda perekonomian wilayah. Adapun indikator kinerja AK diantaranya: jumlah tenaga terampil yang disediakan dan terserap di industri dan mandiri, jumlah penghasil produk barang dan jasa, dan jumlah kerjasama dengan para pengguna dan industri.

Pada tahun 2012 berdasarkan Kepmendikbud No. 161/P/2012 telah ditetapkan 20 AK dalam bentuk PDD (Prodi Di luar Domisili) dari 12 Perguruan Tinggi (PT) penyelenggara. Salah satu PT yang menjadi penyelenggara adalah Politeknik Negeri Malang yang menyelenggarakan PDD di Kabupaten Bojonegoro dan Kota Blitar. Program studi yang dibuka di Kabupaten Bojonegoro adalah 3 prodi, yaitu komputer akutansi, teknik informatika dan teknik otomotif, sedangkan di Kota Blitar juga terdapat 3 prodi yaitu teknologi informasi, multimedia dan administrasi perkantoran.

Sebagai sebuah program pendidikan yang baru, AK seharusnya memperhatikan tuntutan pasar (market driven) dimana segala bentuk pendidikan harus berorientasi pada keterbutuhan keterampilan di lapangan. Hal ini bersentuhan langsung dengan pengelolaan pembelajaran di AK. Proses pembelajaran menjadi konsen utama karena sesuai dengan jalurnya, AK harus mampu memberikan sajian pembelajaran dengan porsentase 60%-70% teori dan 30%-40% praktek.

Kamis, Oktober 2

Manajemen Mutu Laboratorium Pendidikan Kejuruan

Kebanyakan laboratorium sudah melakukan kegiatan pengelolaan yang terdiri dari komponen-komponen dari sistem manajemen mutu. Namun tidak semua kegiatan manajemen yang diperlukan dipraktekkan di setiap laboratorium dan kegiatan tersebut belum mempunyai suatu standar sehingga penerapannya bisa berbeda-beda. Hal ini menimbulka suatu variasi dalam praktek manajemen yang menyebabkan penggunaan sumber daya tidak efektif. Oleh karena itulah diperlukan suatu standarisasi atau keseragaman. Standar Manual Mutu (SMM) merupakan suatu keseragaman, cara yang sistematis -setiap laboratorium- untuk memastikan bahwa persyaratan sedang terus berkesinambungan setiap kali dan setiap hari.

Pada SMM, hal yang dilakukan untuk menerapkan standarisasi adalah analisa, proses kerja spesifik dan prosedur untuk penerapannya. Selanjutnya, laboratorium harus menentukan tanggung jawab dan hubungan pelaporan dari semua orang yang terlibat dalam layanan baru. Kemudian, perlu untuk mengidentifikasi pelanggan potensial dan menentukan kebutuhan dan harapan mereka untuk layanan baru. Selanjutnya, rekam data meliputi fasilitas yang memadai, orang, peralatan, dan bahan. Semua yang berhubungan dengan lagkah tersebut perlu dikembangkan, divalidas, dan didokumentasikan. Staf perlu dilatih dan kompetensi awal mereka dinilai. Laboratorium perlu untuk menentukan cara-cara yang hasil pasien dan laporan akan dikelola untuk layanan baru. Ada perlu menentukan alat laboratorium untuk menangkap pengaduan dan ketidaksesuaian untuk layanan baru. Laboratorium perlu untuk menentukan bagaimana akan mengukur kinerjanya untuk menentukan apakah tujuan, sasaran, dan harapan pelanggan sedang bertemu untuk layanan baru. Laboratorium perlu untuk menentukan cara-cara yang kualitas laporan akan disiapkan secara berkala untuk layanan baru. Terakhir, laboratorium perlu untuk menentukan bagaimana manajemen akan meninjau dan mengidentifikasi peluang untuk perbaikan proses dan memprioritaskan dan memulai kegiatan perbaikan. Jika kesemuanya sudah terpenuhi dan terlewati, maka pengujian layanan baru yang sudah terstandarisasi bisa dimulai. 

Salah satu cara untuk menggambarkan ini urutan kejadian penting manajerial adalah dengan sedikit memodifikasi model SMM, dimana standar mutu terbagi menjadi tiga kelompok: (1) laboratorium, (2) bekerja, dan (3) pengukuran. Laboratorium terdiri dari komponen struktur organisasi yang jelas, fasilitas dan perlengkapan keselamatan, personil, peralatan, pembelian dan persediaan. Pada kelompok bekerja –eksekusi- terdapat komponen proses kontrol, pembuatan catatan dan pendokumentasian administrasi dan kegiatan serta manajemen informasi dalam pengolahan data masukan. Sedangkan penilaian keberhasilannya dilihat dari manajemen kejadian, audit internal dan eksternal, pelayanan pelanggan dan proses peningkatan mutu. Jantung SMM laboratorium adalah kebijakan, proses, prosedur dan dokumen sehingga segala kegiatan yang dilakukan harus terekam dengan baik.

Pengembangan Kurikulum Pendidikan Teknik dan Kejuruan (Vocational dan Technical Education)

Hasil Resume Buku

Curriculum Development in Vocational and Technical Education
Oleh Wahyu Nur H

Kurikulum dapat didefinisikan sebagai akumulasi dari kegiatan pembelajaran dan pengalaman di bawah naungan sekolah. Untuk pengembang kurikulum diberikan dua konsep pendukung tambahan. Pertama, pusat dari kurikulum adalah siswa. Konsep pendukung kedua berkaitan dengan luasnya pengalaman dan kegiatan yang berhubungan dengan kurikulum belajar. Pada definisi kurikulum yang lebih luas, harus diperhatikan bagaimana kegiatan belajar dan pengalaman harus berhubungan dengan studi yang telah dipilih.


Kurikulum merupakan berbagai pengalaman siswa di lingkungan sekolah, instruksi berfokus pada penyampaian pengalaman-pengalaman. Lebih khusus, instruksi dapat dianggap sebagai interaksi yang direncanakan antara instruktur dan siswa yang (semoga) menghasilkan pembelajaran yang diinginkan. Sebuah deskripsi singkat dari pengembangan kurikulum dan pengembangan instruksional harus membantu dalam mengklarifikasi perbedaan-perbedaan pendapat. Pengembangan kurikulum berfokus terutama pada konten dan bidang yang terkait yang meliputi makro atau kegiatan berbasis luas yang berdampak pada program yang luas, kursus, dan pengalaman siswa. Bahkan, kurikulum harus mendefinisikan misi institusi dan tujuan. Kegiatan kurikulum biasanya dilakukan sebelum dan pada tingkat lebih tinggi dari pengembangan instruksional. Sebaliknya, pengembangan instruksional lebih merupakan kegiatan mikro yang dibangun pada pengembangan kurikulum melalui perencanaan dan persiapan pengalaman belajar tertentu dalam program.

A.  KARAKTERISTIK KURIKULUM KEJURUAN DAN TEKNIK
Meskipun pendidikan kejuruan dan teknik termasuk dalam keseluruhan kerangka pendidikan, kurikulum kejuruan dan teknik memiliki karakteristik tertentu yang membedakannya dari pendidikan lainnya. Pembeda kurikulum pendidikan kejuruan dengan pendidikan lainnya dilihat dari:

  1. Orientasi: Kurikulum kejuruan dan teknik berorientasi pada proses (pengalaman dan aktifitas dalam lingkungan sekolah) dan produk (hasil dari proses pengalaman dan aktifitas siswa).
  2. Justifikasi: Kurikulum kejuruan dan teknik dibuat dan dikembangkan berdasarkan identifikasi kebutuhan  kerja dan sumber daya yang tersedia di daerah tertentu.
  3. Fokus: Tidak  seperti kurikulum pendidikan lainnya, kurikulum pendidikan kejuruan diidentifikasikan menurut kebutuhan di daerah tertentu. Lebih ditekankan kepada kebutuhan pencarian tenaga kerja di daerah tersebut, atau lapangan pekerjaan yang sedang dibutuhkan. Dan diharapkan mendapatkan pekerjaan setelah lulus dan mengisi kekosongan lapangan pekerjaan.
  4. Standar keberhasilan di sekolah: Pelajar akan diberi tugas dan kegiatan oleh instruktur dalam pembelajarannya yang akan berguna untuk dunia kerja.
  5. Standar keberhasilan setelah sekolah: Selain dinilai berhasil dalam melanjutkan ke jenjang sekolah lebih tinggi, mantan siswa SMK harus menunjukkan keberhasilan mereka dalam dunia kerja. Karena lulusan SMK sudah mendapatkan pembelajaran lebih mendalam pada suatu kompetensi keahlian daripada lulusan dari sekolah umum.
  6. Responsif: Setiap perkembangan baru dalam berbagai bidang harus dimasukkan ke kurikulum sehingga lulusan SMK dapat bersaing dalam pekerjaan dan mereka akan mendapat nilai tambah karena sudah pernah magang.
  7. Logistik: Menyatukan  fasilitas yang ada dalam satu inventaris yang di atur penataan dan perawatannya. Menyediakan laboratorium untuk penempatan inventaris dan pelatihan.
  8. Biaya: Biaya yang dikeluarkan untuk pendidikan kejuruan lebih besar daripada pendidikan lain. Beban biaya tergantung dari pembelian, perawatan, pemeliharaan, penggantian peralatan, dll.


B.   SISTEM TERPADU KURIKULUM PENDIDIKAN KEJURUAN 
Fokus utama dari Sistem Terpadu bagi Kurikulum Pendidikan Kejuruan adalah pengelompokan isi kurikulum inti yaitu, teknis dan aplikasi, dan pengelompokan isi kurikulum khusus yaitu, teknis dan aplikasi. Kinerja Berbasis Desain Instruksional. Sistem meliputi tujuh komponen, yang masing-masing memberikan kontribusi terhadap perkembangan instruksi bermakna. Satu output komponen menjadi masukan untuk komponen berikutnya, dengan demikian manfaat kumulatif berasal yang mengambil bentuk peningkatan kemampuan peserta didik.

Model Kurikulum Tematik menekankan penciptaan kurikulum yang mempertemukan pengalaman belajar seputar tema mencakup dan domi¬nan. Dalam desain kurikulum ini, "semua aspek" dapat berfungsi sebagai strategi yang berguna untuk memastikan bahwa tema termasuk pengalaman belajar dalam berbagai industri dan bidang, kekhawatiran, masalah, dan pengetahuan dan keterampilan teknologi.

C.   STRATEGI PENGAMBILAN KEPUTUSAN
Keputusan dibagi menjadi 2 macam yaitu keputusan kebijakan dan keputusan operasional. Keputusan kebijakan terdiri dari penetapan saran, tujuan pendidikan, perumusan berbagai prosedur dan berbagai strategi pelaksanaan pendidikan. Sedangkan keputusan operasional berupa keputusan yang tertuang dalam administrasi supervisi, evaluasi, pengembangan kurikulum, penerapan kurikulum dan administrasi evaluasi kurikulum.

Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam pengambilan keputu-san tingkat satuan pendidikan antara lain:

  1. Sekolah mengacu kepada kebijakan-kebijakan nasional, provinsi, dan kota/kabupaten.
  2. Merumuskan kebijakan-kebijakan tambahan yang berkaitan dengan ciri khas daerah dengan cacatan tidak bertentangan dengan kebijakan nasional.
  3. Dalam penetapan kebijakan secara yuridis, sekolah dapat memilih dan menetapkan sendiri pengembangan kurikulum, seperti kurikulum muatan local dan dapat pula bekerja sama dengan dunia usaha/industri (DU/DI).
Faktor-faktor yang mempengaruhi pengambilan keputusan diantaranya: (1) keputusan tidak hanya mempertimbangkan aspek ekonomi, tetapi juga harus mempertimbangkan pemikiran yang harus dimiliki oleh pihak yang terkait dengan proses pendidikan; (2) pemikiran dari siswa, pandangan dari guru, staf, lembaga pendidikan, tokoh masyrakat, dan yang paling penting adalah pemikiran yang dimiliki oleh pengambil keputusan; dan (3) jika pengambil keputusan tidak memberikan pemikiran dan pengaruh yang mereka miliki, maka keputusan yang diambil secara tidak sadar dibuat semata-mata atas perasaan pengambil keputusan dengan sedikit atau tanpa kepedulian terhadap orang lain yang akan terpengaruh oleh keputusan tersebut.

D.   PENILAIAN PROGRAM PENDIDIKAN KEJURUAN MODERN DAN TEKNIK PROGRAM PENDIDIKAN

  1. Standarisasi Test: Salah satu pendekatan untuk menilai minat kerja dari sekelompok besar siswa adalah menyamakan standar tes yang digunakan. Hal ini sangat membantu jika beberapa tingkatan kelas yang berbeda yang akan diamati. Tes tersebut juga dapat digunakan untuk alat yang efektif dalam perencanaan kurikulum.
  2. Standart Test Bakat: Tes bakat didapatkan dari kemampuan siswa untuk belajar dari buku atau tugas-tugas yang diperlukan di sekolah. Beberapa tes bakat yang dapat diberikan adalah tes kematangan mental, tes kemampuan mental, dan tes kecerdasan. 
  3. Standar Tes Prestasi: Tes prestasi mengukur hasil belajar siswa dalam suatu sekolah, sedangkan tes bakat lebih banyak digunakan untuk memprediksi kinerja siswa untuk kedepannya.

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More