Gus…
Perlukah kau tau isi otakku tentangmu? yang dulu sering berselisih paham denganmu
Dan bahkan jika ada organisasi anti-mu, aku salah satu kadernya…
Tapi ku rasa, engkau tak akan mau tau isi otak ini, Bukan karena kau tidak menghargaiku dan menyepelakanku atau bahkan aku telah kau buang dari kamusmu…
Ku rasa tidak seperti itu gus, karena kau adalah orang yang penuh kasih karena setiap orang suka “berterima kasih”, karena kau adalah orang yang senang memahami karena setiapa orang suka untuk “dimengerti dan dipahami”, atau bahkan karena kau memang benar2 jelmaan “akhsanul takwim” yang sebenarnya dan menjadikan “rahmatan lil alamin” sebagai pijakanmu…
Telah ku tulis dalam hatiku, bahwa kau adalah musuh untuk otakku, tapi kau mengubah pertemuan kita dengan penuh kehangatan…
Telah ku tulis dalam kamusku, bahwa kau adalah orang yang keluar dari ensiklopediaku, tapi kau berikan padaku suhuf-suhuf yang kau temukan berserakan di tengah jalan dan kau telah kau simpan baik dalam rak hidupmu…
Telah ku ukir di memoriku, bahwa kau adalah orang yang paling tidak konsisten dengan segala pernyataanmu, tapi kau hadiahkan kepada tentang ilmu lautan dank au cerminkan aku sebagai setetes air lautan, begitu pula denganmu…
Ehmmm…
Alasan apalagi yang akan ku pakai untuk menolak mu gus…
Makin ku tolak dirimu, makin kau hadir dengan keluasanmu dan kau tampakkan sempitnya pikiran, mata serta hatiku
Aku memang telah kau buat bingung, dan untuk sementara,
Aku abstain…
H5, UM, Malang
24 Februari 2010: 14.15 WIB
Rabu, Februari 24
Cahaya di Kegelapan (1)
Posted by Wahyu Nur Hidayat, M.Pd on 22.28
0 comments:
Posting Komentar