Briefing Kelas Inspirasi Malang
"Bagi Anda hanya satu hari cuti bekerja, namun bagi murid-murid itu bisa menjadi hari yang menginspirasi mereka seumur hidup. Berbagi cerita, pengetahuan, dan pengalaman untuk menjadi cita-cita dan mimpi mereka."
Kami Orang Desa Yang Tak Punya nasionalisme
Kalau seorang pejabat disebut orang yang paling mengerti apa itu nasionalisme, maka – sekali lagi kami belum punya hal itu. Kalian tahu, arti kata oposisi dan koalisi saja kami tidak paham, yang kami paham cuma istilah saling menasehati dan saling tolong, itu saja.
Selasa, September 30
Perbedaan Simpulan dan Saran
Posted by Wahyu Nur Hidayat, M.Pd on 10.28
Simpulan merupakan garis merah atas hasil
penelitian dan memiliki substansi konseptual yang koheren dengan rumusan
masalah dan tujuan penelitian. Kemudian peneliti bisa menambahkan konsep yang
masih di dalam lingkup masalah yang diteliti berupa saran. Saran bersifat
sebagiai substansi tambahan solusi positif mengenai masalah yang diteliti.
Dengan demikian, simpulan lebih bersifat menarik garis besar mengenai analisis
yang telah dilakukan penenliti, sedangkan saran adalah konsep-konsep tambahan
yang ditawarkan peneliti yang masih di dalam lingkup masalah yang diteliti.
Perbedaan Latar belakang dan Kajian Pustaka
Posted by Wahyu Nur Hidayat, M.Pd on 10.27
Oleh Wahyu Nur H
Latar belakang merupakan pengembangan atas
masalah yang mucul di dalam lingkungan peneliti yang kemudian dikuatkan dengan
data-data empirik sehingga dapat digunakan sebagai pijakan yang kokoh oleh
peneliti untuk melakukan penelitian dan melakukan penguraian lebih lanjut
masalah yang ada melalui kajian pustaka. Dengan demikian latar belakang
merupakan penguat argumen peneliti atas masalah yang akan diteliti dari segi
kontekstual (kondisi lapangan) dan kajian pustaka merupakan penguat argumen peneliti
atas masalah yang akan diteliti dari segi teoritik.
Perbedaan Antara Masalah dan Hipotesis
Posted by Wahyu Nur Hidayat, M.Pd on 10.25
Oleh Wahyu Nur H
Kegiatan penelitian dimulai dengan mengidentifikasi masalah yang penting (esensial), hangat (aktual), dan mendesak (krusial) Masalah merupakan pondasi dari suatu penelitian. Masalah merupakan fenomena kontekstual atau nyata yang muncul disekitar peneliti dan diungkapkan dengan kalimat tanya. Kemudian dari masalah yang muncul peneliti bisa melakukan perumusan logis dan memunculkan variabel-variabel yang membentuk masalah tersebut. Untuk menguatkan konsep, peneliti harus mengkaji setiap variabel tersebut secara teoritik dan empirik di dalam kajian pustaka. Setelah menemukan benang merah antara kondisi nyata di lapangan dengan konsep atau teori yang ada maka peniliti tersebut bisa menyusun hipotesis yang kemudian untuk diuji kebenarannya. Dengan demikian posisi masalah dan hipotesis sangat berbeda dan bisa dikatakan bahwa masalah lebih dulu ada daripada hipotesis.
Kegiatan penelitian dimulai dengan mengidentifikasi masalah yang penting (esensial), hangat (aktual), dan mendesak (krusial) Masalah merupakan pondasi dari suatu penelitian. Masalah merupakan fenomena kontekstual atau nyata yang muncul disekitar peneliti dan diungkapkan dengan kalimat tanya. Kemudian dari masalah yang muncul peneliti bisa melakukan perumusan logis dan memunculkan variabel-variabel yang membentuk masalah tersebut. Untuk menguatkan konsep, peneliti harus mengkaji setiap variabel tersebut secara teoritik dan empirik di dalam kajian pustaka. Setelah menemukan benang merah antara kondisi nyata di lapangan dengan konsep atau teori yang ada maka peniliti tersebut bisa menyusun hipotesis yang kemudian untuk diuji kebenarannya. Dengan demikian posisi masalah dan hipotesis sangat berbeda dan bisa dikatakan bahwa masalah lebih dulu ada daripada hipotesis.
Contoh Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan Pengembangan
Posted by Wahyu Nur Hidayat, M.Pd on 10.08
Oleh: Wahyu Nur H
Setelah sebelumnya diuraikan tentang Perbedaan penelitian kuantitatif, Kualitatif dan Pengembangan, pada kesempatan kali ini akan saya ulas perbedaannya melalui contohnya ditinjau dari 5 dimensi.
Penelitian
Kuantitatif:
- Judul: Hubungan Kesiapan Prakerin, Lama Waktu Prakerin, Kesesuaian Tepat Prakerin dan Partisipasi DU/DI dengan Hasil Prakerin Kompetensi Keahlian TKJ di SMK Kota Batu. (Sumber: perpustakaan Universitas Negeri Malang, tesis tidak diterbitkan)
- Dimensi tujuan: tujuan inti penelitian tersebut adalah mencari hubungan serta sumbangan efektif kesiapan prakerin, lama waktu prakerin, kesesuaian tempat prakerin dengan hasil prakerin siswa kompetensi TKJ di SMK Kota Batu.
- Dimensi desain: desain inti dari penelitian tersebut adalah menguji hipotesis bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara kesiapan prakerin, lama waktu prakerin, kesesuaian tempat prakerin dengan hasil prakerin siswa secara statistik.
- Dimensi proses: proses diawali dengan munculnya masalah mengenai pelaksanaan prakerin mulai dari kesiapan prakerin, lama waktu dan kesesuaian tempat (link and match) prakerin dengan hasil prakerin siswa. Dengan menggunakan berbagai instrumen, peneliti mengambil data yang kemudian melakukan analisa mengenai hubungan antar setiap variabel bebas dengan variabel terikat dan keseluruhan variabel bebas dengan variabel terikat. Selanjutnya dianalisis menggunakan hukum statistik yag berlaku dan hasil perhitunga tersebut menjadi acuan pengambilan kesimpulan.
- Dimensi hasil: hasil penelitian bersifat makro karena data diperoleh dari responden yang telah disampling secara acak dan dapat digeneralisasikan kepada populasi yaitu seluruh siswa SMK di Kota Batu.
- Dimensi manfaat: dengan dihasilkannya suatu kesimpulan yang sifatnya makro, maka hasil dari penelitian ini dapat digeneralisasikan pada objek yang lebih luas dan dapat menjadi sari rekomendasi terkait variabel-variabel yang sedang dibahas.
Penelitian
Kualitatif:
- Judul: Keterkaitan dan Kepadanan Pengelolaan Program Pembelajaran di SMK dengan Kebutuhan Dunia Industri (Studi kasus di STMN 3 dan STMN 5 Kota Madya Bandung). (Sumber: repository.upi.edu).
- Dimensi tujuan: tujuan inti penelitian tersebut adalah mengetahui dan mempelajari pengelolaan program pendidikan di STM bangunan dalam memberikan jawaban terhadap tuntutan kesempatan kerja di dunia industri.
- Dimensi desain: desain inti dari penelitian tersebut adalah mencari pola bagaimana partisipasi instansi dunia usaha/industri terkait dalam memberikan layanan terhadap peningkatan mutu pengelolaan program pembelajaran Sekolah Menengah Kejuruan khususnya STM bangunan.
- Dimensi proses: penelitian ini menuntut suatu eksplorasi untuk memahami dan menjelaskan masalah melalui interaksi komunikasi yang intensif dengan sumber data. Setelah menentukan populasi yang akan diteliti, maka peneliti melakukan upaya penggalian data melalui metode dokumentasi, wawancara dan observasi secara langsung. Data yang telah didapat kemudian diverifikasi dan dilakukan pemeriksaan ulang yang kemudian dianalisis dan diintepretasikan sehingga dapat diambil suatu kesimpulan.
- Dimensi hasil: hasil yang diperoleh mengarah pada kesimpulan khusus mengenai hubungan/partnership antara STMN 3 dan STMN 5 Kota Madya Bandung dengan beberapa DU/DI rekanan.
- Dimensi manfaat: dengan spesifiknya hasil yang ditemukan, maka segi manfaat yang dituangkan dalam rekomendasi lebih diarahkan untuk DU/DI rekanan dan sekolah yang dimaksudkan sebagai objek penelitian.
Penelitian
Pengembangan:
- Judul: Pengembangan Model Pembelajaran Blended Learning Untuk Siswa Kelas XI Kompetensi Keahlian RPL di SMKN 6 Malang Pada Mata Pelajaran Produktif. (Sumber: perpustakaan Universitas Negeri Malang, tesis tidak diterbitkan).
- Dimensi tujuan: tujuan inti penelitian ini mengembangkan model pembelajaran Blended Learning untuk siswa SMK khususnya yang sedang melaksanakan kegiatan praktek industri pada mata pelajaran produktif, standar kompetensi “membuat halaman web dinamis tingkat dasar”.
- Dimensi desain: model pengembangan yang dianut menggunakan model Dick and Carey yang memiliki 9 tahap.
- Dimensi proses: proses diawali dengan adanya masalah mengenai rendahnya hasil belajar siswa khususnya siswa yang sedang melaksanakan prakerin, dimana siswa berada di industri dan tidak dapat melakukan kegiatan pembelajaran di sekolah. Model pembelajaran yang dikembangkan dapat memfasilitasi siswa untuk tetap dapat melaksanakan kegiatan pembelajaran, meskipun siswa berada di luar lingkungan sekolah. Kelemahan-kelemahan model pelaksanaan pembelajaran di lapangan akhirnya diperbaiki oleh peneliti melalui produk yang dihasilkan oleh peneliti berupa kurikulum versi peneliti yang telah diujicobakan.
- Dimensi hasil: berdasarkan analisis masalah yang komprehensif, dihasilkanlah model pembelajaran yang sesuai dengan kebutuhan yang hadir sebagai solusi pembelajaran di sekolah tersebut.
- Dimensi manfaat: secara otomatis manfaat dari penelitian ini terbatas pada skala objek penelitian yaitu siswa kelas XI kompetensi keahlian Rekayasa Perangkat Lunak (RPL) di SMKN 6 Malang.
Perbedaan antara Penelitian Kuantitaif, Kualitatif, dan Pengembangan
Posted by Wahyu Nur Hidayat, M.Pd on 10.00
Oleh Wahyu Nur H
Secara umum, jenis metodologi penelitian dibedakan menjadi 3, yaitu kuatitatif, kualitatif, dan pengembangan (Research and Development). Pada kesempatan kali ini saya akan menguraikan perbedaan dari ketiga jenis penelitian tersebut ditinjau dari dimensi tujuan, desain, proses, hasil, dan dimensi manfaat.
Secara umum, jenis metodologi penelitian dibedakan menjadi 3, yaitu kuatitatif, kualitatif, dan pengembangan (Research and Development). Pada kesempatan kali ini saya akan menguraikan perbedaan dari ketiga jenis penelitian tersebut ditinjau dari dimensi tujuan, desain, proses, hasil, dan dimensi manfaat.
a. Dimensi tujuan:
- Tujuan dari penelitian kuantitatif antara lain: (a) menunjukkan adanya hubungan antar variabel, (b) menguji teori, dan (c) mencari generalisasi yang mempunyai nilai prediktif.
- Tujuan dari penelitian kualitatif antara lain: (a) menemukan hubungan pola yang bersifat interaktif -tidak terlihat dengan jelas posisi dari variabel dependen dan independen-, (b) menemukan teori, (c) menggambarkan realitas yang kompleks, dan (d) memperoleh pemahaman makna.
- Tujuan dari penelitian pengembangan antara lain: (a) menghasilkan produk; dan (b) menguji keefektifan suatu produk. Kedua tujuan tersebut bisa bersifat kesatuan atau parsial. Bersifat kesatuan artinya peneliti bisa menghasilkan produk sekaligus menguji keefektifan dari produk yang dihasilkan. Secara parsial memiliki arti bahwa peneliti bisa memilih salah satu dari kedua tujuan tersebut, yaitu menghasilkan poduk tanpa harus melakukan uji keefektifan atau menguji keefektifan suatu produk yang telah dihasilkan peneliti lain.
b. Dimensi desain:
- Desain dari penelitian kuantitatif antara lain: (a) spesifik, jelas, dan rinci; (b) ditentukan secara mantap sejak awal; (c) menjadi pedoman langkah demi langkah.
- Desain dari penelitian kualitaif antara lain: (a) umum; (b) fleksibel; (c) berkembang dan muncul di dalam proses penelitian; dan (d) mengedepankan konstruksi dari teori daripada pengujian teori.
- Desain dari penelitian pengembangan antara lain: (a) memerlukan analisis kebutuhan; (b) melakukan uji produk; (c) long live product evaluation (evaluasi produk bersifat sepanjang hayat), hal ini dimaksudkan pada penyesuaian perkembangan produk dengan revisi.
c. Dimensi proses:
Berbicara penelitian pendidikan, tidak bisa dipisahkan
dari penelitian kuantitatif dan kualitatif. Creswell (2012:12) menunjukkan dua
jalur pendekatan yang berbeda dari kedua penelitian ini seperti yang ditunjukkan pada Gambar berikut.
Pendekatan proses penelitian kuatitatif dan kualitatif (Sumber: Creswell, 2012:12)
- Proses dari penelitian kuantitaif selalu diawali dengan permasalahan yang jelas dan diurai secara empirik dan teoritik (studi pendahuluan/ preliminary study). Secara umum, proses penelitian kuantitatif antara lain: (a) Sumber masalah (empiris dan teoritis), (b) rumusan masalah, (c) pengajuan hipotesis, (d) pendugaan terhadap hubungan antar variabel, (e) menyusun instrument penelitian, (f) mengumpulkan dan menganalisa data, (g) penemuan sesuai, hipotesis, dan (h) kesimpulan
- Proses dari penelitian kualitatif tidak diawali dengan permasalahan yang jelas sehingga peneliti harus melakukan pengamatan-pengamatan secara umum atau kasar terhadap obyek yang akan diteliti secara berulang-ulang (proses ini disebut sebagai tahap deskripsi). Berikut adalah proses penelitian kualitatif: (a) tahap deskriptif (memasuki konteks sosial), (b) tahap reduksi (menentukan fokus: memilih diantara yang telah dideskripsikan, (c) tahap seleksi (mengurai fokus : menjadi komponen yang lebih rinci), (d) proses memperoleh data dilakukan secara sirkular dan berulang-ulang dengan berbagai cara dan dari berbagai sumber, (e) proses analisa dan intepretasi data, dan (f) menarik kesimpulan.
- Proses penelitian pengembangan diawali dengan potensi atau masalah yang muncul di lingkungan peneliti, kemudian peneliti menetapkan produk apa yang akan dihasilkan sebagai solusi atas masalah tersebut. Merujuk pada Sugiyono (2010:408), tahap-tahap penelitian pengembangan diantaranya: Adapun langkah-langkah penelitian media yang digunakan adalah sebagai berikut (a) potensi masalah, (b) pengumpulan data, (c) desain produk, (d) validasi desain, (e) revisi desain, (f) uji coba produk, (g) revisi produk, (h) uji coba pemakaian, (i) revisi produk, dan (j) produksi masal.
d.
Dimensi hasil:
- Hasil penelitian kuantitatif hasil adalah berupa jawaban berupa simpulan atas rumusan masalah yang didapat dari pengujian hipotesis yang telah dirumuskan.
- Hasil penelitian kualitatif tidak hanya menghasilkan data atau informasi yang sulit dicari melalui metode kuantitatif, tetapi juga menghasilkan informasi-informasi yang bermakna, bahkan menghasilkan hipotesis atau ilmu baru yang dapat digunakan untuk membantu memecahkan masalah dan meningkatkan taraf hidup manusia. Hasil penelitian akan dapat ditemukan oleh peneliti lain, asal sasaran, masalah, pendekatan, metode, rancangan dan latar relatifnya sama (Suparlan, 1994) dalam Mukhadis (2013:81)
- Hasil penelitian pengembangan adalah berupa produk yang telah teruji dan layak untuk diproduksi secara masal.
e.
Dimensi manfaat:
- Manfaat dari penelitian kuantitatif lebih bersifat makro, karena hasil dari penelitian atas sampel dapat digeneralisasikan kepada populasi.
- Manfaat dari penelitian kualitatif lebih bersifat mikro, hasil dari penelitian hanya bisa diberlakukan untuk lingkup yang diteliti dan memiliki tranferability terhadap kasus yang benar-benar serupa dengan obyek yang diteliti.
- Manfaat dari penelitian pengembangan memiliki sifat sama dengan penelitian kualitatif dan tergantung terhadap cakupan masalah yang sedang “diobati”. Semakin luas cakupan wilayah penelitian maka manfaat dari hasil penelitian (produk) juga dapat diterapkan di wilayah yang luas.
Jenis-Jenis Metode Penelitian Beserta Contohnya
Posted by Wahyu Nur Hidayat, M.Pd on 09.39
Penelitian Sebagai Upaya Sistematik Dalam Menemukan Dan Atau Mengembangkan Pengetahuan Yang Benar Beserta Contohnya.
Oleh Wahyu Nur H
Aktivitas penelitian di berbagai bidang ipteks secara substansi ditandai oleh empat hal, yaitu adanya upaya bersifat sistematik, adanya sesuatu hasil temuan, adanya kebermanfaatan dan adanya tindak lanjut penyebarluasan temuan (Mukhadis, 2013:70).
Upaya sistematik dalam konteks ini ditandai dengan adanya kejelasan langkah-langkah yang ditempuh secara eksplisit, jelas dan lugas mulai dari penentuan masalah sampai penarikan kesimpulan dan atau generalisasi (perampatan) dan dapat direplikasi oleh peneliti lain temuan (Mukhadis, 2013:70). Penelitian sebagai upaya sistematik memiliki arti bahwa untuk dapat memperoleh pengetahuan yang benar, penelitian dilaksanakan dengan menggunakan metode ilmiah oleh peneliti yang memiliki integritas ilmiah. Penelitian dilaksanakan berdasarkan teori-teori, prinsip-prinsip, serta asumsi-asumsi dasar ilmu pengetahuan dengan menggunakan penalaran deduktif serta prosedur dan teknik sistematik.
Sebagai contoh, Creswell (2012:8-11) menyebutkan setidaknya terdapat 6 sistematika penelitian yaitu: (1) mengidentifikasi masalah penelitian, (2) mencari literatur yang sesuai dan mendukung, (3) menspesifikkan tujuan penelitian, (4) mengumpulkan data, (5) menganalisa dan mengintepretasikan data, dan (6) membuat laporan dan evaluasi penelitian.
Sistematika penelitian menurut (Sumber: Creswell, 2012:8)
Aspek temuan dari suatu penelitian dalam bidang Ipteks
secara umum dapat dikelompokkan menjadi dua kelompok besar, yaitu sebagai hasil
‘menemukan’
dan ‘mengembangkan’
(Mukhadis, 2013:70). Hasil penelitian dikelompokkan ke dalam kategori menemukan
apabila dari masalah, metode dan hasil penelitian tersebut memenuhi indikator
aspek kebaruan dan belum pernah diteliti oleh peneliti lain sebelumnya.
Sedangkan hasil penelitian dikatakan mengembangkan apabila temuan
tersebut berupa penyempurnaan atau modifikasi dari berbagai hasil penelitian
sebelumnya yang berorientasi menghasilkan produk, yang memiliki nilai tambah
yang dignifikan terhadap produk yang telah ada sebelumnya.
Kegiatan ilmiah untuk memperoleh pengetahuan yang benar
sebagai penyempurnaan pengetahuan sebelumnya telah dilaksanakan oleh para
peneliti dan ilmuan dalam bidang ilmunya masing-masing. Pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep,
generalisasi-generalisasi, dan teori-teori yang telah dihasilkan dari berbagai
penelitian itu merupakan sumbangan penting bagi perkembangan ilmu pengetahuan
dan teknologi dalam berbagai bidang. Disamping itu hasil penelitian juga telah
memungkinkan manusia dapat lebih baik memecahkan masalah-masalah
praktis yang dihadapi dalam hidupnya.
Berikut akan dijabarkan secara kompleks tentang bentuk-bentuk
konkret dari penelitian –pengertian
beserta contohnya- antara lain:
a. Eksperimen
Penelitian eksperimental merupakan bentuk penelitian
percobaan yang berusaha untuk mengisolasi dan melakukan kontrol setiap
kondisi-kondisi yang relevan dengan situasi yang diteliti kemudian melakukan
pengamatan terhadap efek atau pengaruh ketika kondisi-kondisi tersebut
dimanipulasi. Dengan kata lain, perubahan atau manipulasi dilakukan terhadap
variabel bebas dan pengaruhnya diamati pada variabel terikat. Menurut Emzir (2008:96-103)
desain penelitian ekperimen dibagi menjadi empat bentuk yakni, pre-experimental design, true experimental design, quasy experimental design dan factorial design.
Contoh:
Pengaruh Penerapan Strategi Pembelajaran TANDUR
Berbantuan Web Interaktif Terhadap Hasil Belajar Teknologi Informasi dan
Komunikasi Siswa Kelas VII SMPN 3 Malang. (Kuasi Eksperimen
terhadap Siswa Kelas VII SMP Negeri 3
Malang
Tahun Ajaran 2010/2011). (Sumber:
perpustakaan Universitas Negeri Malang, skripsi tidak
diterbitkan).
b. Deskriptif
Penelitian deskriptif adalah suatu metode
penelitian yang ditujukan untuk menggambarkan fenomena-fenomena yang
ada, yang berlangsung saat ini atau saat yang lampau. Penelitian ini tidak
mengadakan manipulasi atau pengubahan pada variabel-variabel bebas, tetapi
menggambarkan suatu kondisi apa adanya. Penggambaran kondisi bisa individual
atau menggunakan angka-angka. (Sukmadinata, 2006:5)
Penelitian deskriptif, bisa
mendeskripsikan suatu keadaan saja, tetapi bisa juga mendeskripsikan keadaan
dalam tahapan-tahapan perkembangannya, penelitian demikian disebut penelitan
perkembangan (Developmental Studies).
Dalam penelitian perkembangan ini ada yang bersifat longitudinal atau sepanjang waktu dan ada yang bersifat cross sectional atau dalam potongan
waktu.
Contoh:
Manajemen
Pengembagan Kinerja Guru SMK se-Kabupaten Kuningan: Studi Tentang Kepemimpinan Entrepeuneur Dan
Sistem kompensasi Kreativitas dan Kinerja Inovatif. (Sumber: perpustakaan Universitas Negeri
Malang, skripsi tidak diterbitkan).
c. Korelasional
Penelitian korelasi adalah suatu
penelitian yang melibatkan tindakan pengumpulan data guna menentukan, apakah
ada hubungan dan tingkat hubungan antara dua variabel atau lebih. Adanya
hubungan dan tingkat variabel yang penting, karena dengan mengetahui tingkat
hubungan yang ada, peneliti akan dapat mengembangkannya sesuai dengan tujuan
penelitian. (Sukardi, 2003:166)
Penelitian korelasi merupakan bentuk penelitian
untuk memeriksa hubungan diantara dua konsep. Secara umum ada dua jenis
pernyataan yang menyatakan hubungan, yaitu: (1) gabungan antara dua konsep, ada
semacam pengaruh dari suatu konsep terhadap konsep yang lain; (2) hubungan
kausal, ada hubungan sebab akibat. Pada hubungan kausal, penyebab diferensikan
sebagai varibel bebas dan akibat direferensikan sebagai variabel terikat. Pada
penelitian korelasi tidak ada kontrol atau manipulasi terhadap variabel.
Contoh:
Hubungan Antara Penerimaan Diri dengan Kompetensi Interpersonal Pada
Remaja (Studi korelasi
pada remaja tunanetra yang mengalami ketunanetraan tidak sejak dari lahir di
PSBN Wyata Guna Bandung). (Sumber: repository.upi.edu).
d. Komparatif
Penelitian kausal komparatif atau penelitian ex post facto adalah penyelidikan empiris yang sistematis dimana
ilmuan tidak mengendalikan variabel bebas secara langsung karena eksistensi
variabel tersebut telah terjadi. Pendekatan dasar klausa komparatif melibatkan
kegiatan peneliti yang diawali dari mengidentifikasi pengaruh variabel satu
terhadap variabel lainnya kemudian dia berusaha mencari kemungkinan variabel
penyebabnya.
Penelitian komparatif membandingkan situasi masa
lalu dan saat ini atau situasi-situasi paralel yang berbeda, khusunya apabila
peneliti tidak memiliki kontrol terhadap situasi yang diteliti. Penelitian ini
bisa memiliki perspektif makro (misal: internasional,nasional) dan mikro
(misal: komunitas, individu).
Contoh:
Studi Komparatif
Penerapan Model Contextual Teaching and
Learning (CTL)
dengan Model Problem Based Learning (PBL) dalam
Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada
Standar Kompetensi Menganalisis Rangkaian Listrik dan Elektronika Di SMKN 12 Bandung. (Sumber: repository.upi.edu).
e. Evaluasi
Penelitian evaluasi merupakan bentuk penelitian yang
bertujuan untuk memriksa proses perjalanan suatu program sekaligus menguraikan fakta-fakta yang
bersifat kompleks dan terlibat di dalam program. Misalnya adalah keefektifan, efisiensi dan kemenarikan
suatu program (Mukhadis, 2013:61).
Contoh:
Evaluasi Proses
Pembelajaran TIK SMA Negeri di Kota Malang Berdasarkan Pada Peraturan Menteri
Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 41 Tahun 2007 Tentang Standar
Proses. (Deskriptif tentang kondisi proses pembelajaran mata pelajaran TIK SMA
di Kota Malang Tahun Ajaran 2010/2011 dengan jumlah populasi 10 SMA Negeri dan
sampel penelitian sebanyak 5 SMA Negeri). (Sumber: perpustakaan Universitas Negeri Malang, skripsi tidak
diterbitkan).
f. Simulasi
Penelitian simulasi merupakan bentuk penelitian yang
bertujuan untuk mencari gambaran melalui sebuah sistem berskala kecil atau
sederhana (model) dimana di dalam model tersebut akan dilakukan manipulasi atau
kontrol untuk melihat pengaruhnya. Penelitian ini mirip dengan penelitian
eksperimental, perbedaannya adalah di dalam penelitian ini membutuhkan
lingkungan yang benar-benar serupa dengan keadaan atau sistem yang asli.
Contoh:
Penggunaan Simulasi Monte Carlo Untuk Menentukan Nilai Outcome Pada Pengambilan Keputusan (Studi Kasus Pengambilan Keputusan pada Toko NAFC Collection). (Sumber: repository.upi.edu)
Penggunaan Simulasi Monte Carlo Untuk Menentukan Nilai Outcome Pada Pengambilan Keputusan (Studi Kasus Pengambilan Keputusan pada Toko NAFC Collection). (Sumber: repository.upi.edu)
g. Survey
Survey research designs are procedures in quantitative research in which
investigators administer a survey to a sample or to the entire population of
people to describe the attitudes, opinions, behaviors, or characteristics of
the population. (Creswell, 2012: 376)
Penelitian survey digunakan untuk
mengumpulkan data atau informasi tentang populasi yang besar dengan menggunakan
sampel yang relatif kecil. Populasi tersebut bisa berkenaan dengan orang,
instansi, lembaga, organisasi dan unit-unit kemasyarakatan dan lain-lain,
tetapi sumber utamanya adalah orang. Desain survey tergantung pada penggunaan
jenis kuisoner. Survey memerlukan populasi yang besar jika peneliti
menginginkan hasilnya mencerminkan kondisi nyata, semakin besar sample survey
semakin memberikan hasil akurat. Penelitian survei memiliki tiga tujuan utama
yaitu menggambarkan keadaan saat itu, mengidentifikasi secara terukur keadaan
sekarang untuk membandinkan, menentukan hubungan kejadian yang spesifik.
Contoh:
Stress and Burnout
in Rural and Urban Secondary School Teachers. Journal of Educational Research. 1999. 92, pg. 287–293. (dalam
Creswell, 2012:378)
h. Studi
Kasus
Sebuah studi kasus adalah
eksplorasi mendalam dari sistem terikat (misalnya,
kegiatan, acara, proses,
atau individu) berdasarkan pengumpulan data yang luas. Studi kasus
melibatkan investigasi kasus, yang dapat didefinisikan sebagai suatu entitas
atau objek studi yang dibatasi, atau terpisah untuk penelitian dalam hal waktu,
tempat, atau batas-batas fisik. Penting untuk memahami bahwa kasus dapat berupa
individu, program, kegiatan, sekolah, ruang kelas, atau kelompok. Setelah kasus
didefinisikan dengan jelas, peneliti menyelidiki mereka secara mendalam,
biasanya menggunakan beberapa metode pengumpulan data, seperti wawancara,
observasi lapangan, dan dokumentasi.
Studi kasus
kolektif; (a) melibatkan beberapa kasus, (b) dapat terjadi selama bertahun situs,
dan (c) menggunakan banyak individu. Kerangka konseptual untuk studi kasus
adalah bahwa dengan mengumpulkan informasi mendalam tentang kasus, peneliti
akan mencapai pemahaman mendalam tentang kasus ini, apakah kasus itu adalah
seorang individu, kelompok, kelas, atau sekolah.
Contoh:
Butera, G. 2005.
Collaboration in the context of Appalachia: The case of Cassie. The Journal of Special Education, 39(2):
106–116.
Butera (2005)
menggunakan studi kasus dan data yang dikumpulkan melalui wawancara, observasi,
dan dokumen untuk menggambarkan kolaborasi tim dengan anak 4 tahun di West
Virginia. (Stoner, 2010: 21)
i. Teori
Dasar (Grounded Theory)
Grounded Theory merupakan pendekatan yang memungkinkan peneliti untuk mengembangkan atau
menemukan teori yang didasarkan pada studi fenomena. Dengan menggunakan grounded theory, peneliti sengaja (a)
memilih peserta yang mengalami fenomena yang sedang dipelajari, (b)
menganalisis data (yaitu, wawancara, dokumen, dan catatan), dan (c) mendekati
fenomena yang diteliti tanpa prasangka pengertian. Kerangka konseptual ini
memungkinkan suara peserta muncul , mensyaratkan bahwa peneliti
mengidentifikasi tema utama atau konsep dari data peserta , dan memberikan
jalan untuk mengembangkan teori dari perspektif peserta .
Most grounded theory researchers will begin with research
questions but they do not start with a hypothesis, nor do they begin their
investigation with a thorough review of the literature relating to their topic.
They build up theory from their data and they do not wait until all data are
collected before they begin the analysis stage. (Bell, 2005: 19)
Contoh:
Bays, D. A., &
Crockett, J. B. 2007. Investigating Instructional Leadership For Special
Education. Exceptionality, 15(3):
143–161.
Pendekatan grounded
theory digunakan oleh Bays dan Crockett (2007) untuk menyelidiki kepemimpinan
instruksional untuk pendidikan khusus di sekolah dasar. (Stoner, 2010: 22)
j. Etnografi
Ethnographic researchers attempt to develop an understanding
of how a culture works and many methods and techniques are used in this such
us: participant observation, interview, mapping and charting, interaction
analysis, study of historical records and current public documents, the use of
demographic data. (Bell,
2005:16)
Etnografi adalah
analisis mendalam dari kelompok sosial. Data biasanya dikumpulkan melalui
observasi, wawancara, dan dokumen. Jenis penelitian ini berfokus pada membangun
catatan perilaku dan kepercayaan dari kelompok dari waktu ke waktu. Etnografi
mengharuskan peneliti berpartisipasi, baik sebagai pengamat atau peserta aktif,
waktu interaksi yang cukup lama dengan kelompok yang diteliti. Kerangka
konseptual etnografi adalah bahwa keterlibatan langsung ke dalam budaya
kelompok akan memungkinkan peneliti untuk melihat dunia dari perspektif
kelompok, dan melihat yang akan memberikan pemahaman tentang perilaku dan
keyakinan kelompok.
Contoh:
Harry, Klingner,
& Hart. 2005. African American families under fire: Ethnographic views of
family strengths. Remedial and Special
Education, 26(2): 101–112.
Harry, Klingner,
dan Hart (2005) menerbitkan sebuah studi etnografi siswa Amerika keturunan
Afrika dalam pendidikan khusus di sebuah distrik sekolah beragam budaya
perkotaan. (Stoner, 2010: 22)
k. Kultural
Penelitian kultural (budaya) merupakan penelitian
yang dilakukan atas objek berupa unsur atau gejala budaya dengan menggunakan
perangkat metodologis yang tercakup di dalam ilmu pengetahuan budaya. Unsur
atau gejala budaya adalah unsur atau gejala yang terdapat di dalam suatu
masyarakat yang berkaitan dengan perangkat nilai-nilai, pemikiran, dan hasil
budi daya dalam bentuk interaksi antara masyarakat dengan lingkungannya atau
segi hasil pemikiran atau kreasi anggotanya yang terungkap dalam wujud tulisan
atau benda-benda.
Contoh:
Identifikasi Ajen Budaya Sunda Dina Wawacan Jaka
Bayawak.
(Sumber:
repository.upi.edu).
l. Historis
Penelitian historikal merupakan bentuk penelitian
yang memiliki tujuan untuk menggambarkan fakta dan menarik kesimpulan atas kejadian
masa lalu. Data primer dari penelitian ini adalah data yang bersifat historis,
misalnya para arkeolog menggunakan sumber data berupa dokumentasi tentang masa
lalu. Penelitian historikal dapat digunakan untuk menemukan solusi sementara
berdasarkan kejadian masa lalu dan menggambarkan tren masa kini atau masa
depan.
Kothari (2004)
mengategorikan jenis penelitian histori ke dalam dua pendekatan, yaitu
pendekatan perspektif –mempelajari kegiatan/agenda masa lampau sampai sekarang-
dan pendekatan retroperpektif –mempelajari kegiatan/agenda saat ini kemudian
dihubungkan dengan hal serupa di masa lalu-.
Contoh:
Seni Tradisi Gembyung di Kampung Ganceuy Kabupaten Subang 1975-1999
(Suatu Kajian Historis Terhadap Sosial Budaya Masyarakat). (Sumber: repository.upi.edu).
m. Etnologi
Penelitian etnologi merupakan penelitian yang fokus
kepada perilaku manusia. Peneliti lebih condong menggunakan interpretasi
langsung dari perilaku subjek yang diteliti daripada melakukan interpretasi
dari segi teoritik. Peneliti harus
berusaha untuk tidak nampak sebagai peneliti, karena bila tidak demikian
interpretasi atas data yang didapat dari responden akan terpengaruh.
Contoh:
Eufemisme Dalam Bahasa Simalungun (Suatu Kajian
Sosiolinguistik) (Sumber:
repository.usu.ac.id).
n. Penelitian
Praktis (Penelitian Tindakan/Action
Reasearch)
Action research designs often utilize
both quantitative and qualitative data, but they focus more on procedures
useful in addressing practical problems in schools and the classrooms. Action research
designs are systematic procedures used by teachers (or other individuals in an
educational setting) to gather quantitative and qualitative data to address
improvements in their educational setting, their teaching, and the learning of
their students (Creswell, 2012:577).
Penelitian tindakan merupakan bentuk penelitian yang
berisi berbagai macam prosedur untuk menguraikan kasus-kasus yang bersifat
mikro atau khusus. Simpulan dari penelitian tindakan langsung diberlakukan
hanya untuk kasus yang diteliti dan tidak bisa digeneralisasikan. Penelitian
tindakan lebih condok ke metode kualitatif yang sangat bergantung pada data
penagamatan yang bersifat behavioralistik.
Contoh:
Upaya Meningkatkan
Hasil Belajar Matematika Siswa Tentang Pemecahan Masalah Yang Melibatkan Uang
Melalui Metode Simulasi (Penelitian Tindakan Kelas pada Siswa Kelas III B SDN
Cicadas 03 Gunung Putri Bogor). (Sumber:
repository.upi.edu).